Teks Puisi : Pengertian, Jenis, Unsur, dan Struktur Puisi

Wawasan Pendidikan; Secara umum kita mengenal puisi sebagai susunan kalimat yang dirangkai dengan makna tertentu dan dibaca dengan irama khusus, sehingga berbeda dari kalimat yang biasa kita ucapkan dalam percakapan sehari-hari.  Nah, untuk mengetahui lebih jauh mengenai teks puisi, berikut ini adalah penjelasan lengkap terkait pengertian, jenis, unsur, dan struktur puisi.

Teks Puisi : Pengertian, Jenis, Unsur, dan Struktur Puisi
picture by timesofindia.indiatimes.com
Pengertian Puisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi diartikan sebagai gubahan dalam bentuk bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman yang membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Puisi juga bisa diartikan sebagai sebuah karya sastra yang ditulis oleh seseorang tentang berbagai hal seperti pengalaman, peristiwa yang telah dialami, dan segala sesuatu yang diamati, dipikirkan ataupun didengar.  Puisi bisa mengekspresikan jiwa seorang penyair yang jika disusun dengan pilihan kata atau diksi yang menarik akan membuat pendengar atau pembacanya terpikat dan menikmati puisi tersebut.

Puisi (yang dahulu dikenal dengan pantun) telah berkembang di beberapa wilayah nusantara dan lazim digunakan untuk menyampaikan pesan maupun amanat.  Selanjutnya, funsi puisi pun semakin meluas dan berkembang menjadi wadah untuk mengapresiasikan pendapat maupun ide.  Bahkan puisi juga sering dijadikan sebagai media untuk menyampaikan kritik sosial yang menggambarkan realitas kehidupan masyarakat di Indonesia. (Baca Juga : Teks Biografi : Pengertian, Struktur dan Kebahasaan Teks Biografi)

Jenis Puisi
Jika dilihat dari jenisnya, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Puisi Lama
Jenis puisi ini memiliki ciri khas terikat pada jumlah bait, jumlah baris dalam satu bait, rima, irama, kemerduan bunyi, dll.  Adapun bentuk-bentuk puisi lama adalah seperti berikut:
  • Mantra
Ucapan-ucapan pada jenis mantra dianggap memiliki kekuatan gaib yang digunakan untuk mewujudkan berbagai keinginan dan harapan.  Misalnya saja mantra untuk meminta hujan, mengusir roh jahat, menolak hujan, menolak penyakit, dll.
  • Pantun
Ciri-ciri pantun adalah satu bait terdiri dari empat baris, yaitu dua baris sebagai sampiran dan dua baris sebagai isi.  Tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata dengan persajakan ab-ab.
  • Karmina
Jenis puisi ini juga dikenal dengan pantun kilat karena hanya terdiri dari dua baris dalam setiap baitnya.
  • Seloka
Seloka atau pantun berkait merupakan jenis pantun yang salah satu sampirannya diulang pada bait selanjutnya.
  • Gurindam
Ciri-ciri gurindam adalah tiap baitnya terdiri dari dua baris dengan sajak a-a, dan berisi nasihat.
  • Syair
Jenis puisi ini berasal dari Arab dengan ciri-ciri setiap bait terdiri dari empat baris, bersajak a-a-a-a, dan berisi nasihat atau cerita.
  • Talibun
Talibun atau pantun genap merupakan pantun yang tiap baitnya terdiri dari 6-8 baris atau 10 baris.

Berikut ini adalah beberapa contoh puisi lama:
Kalau tuan pergi ke hulu
Carikan saya bunga kamboja
Jika tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu surga
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat juga kekal diammu
Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu sayang, sekarang benci
Kalau tuan pergi ke tanjung
Kirim saya sehelai baju
Kalau tuan menjadi burung
Saya menjadi ranting kayu
Kirim saya sehelai baju
Dari sutera daun buluh
Kalau tuan ranting kayu
Saya daun untuk peneduh
2. Puisi Baru

Puisi baru memiliki bentuk yang lebih bebas baik dari segi banyaknya jumlah baris, suku kata maupun rima.  Adapun puisi menurut isinya bisa dibedakan menjadi beberapa bentuk seperti berikut:
  • Balada, yaitu puis yang berisi kisah atau cerita dan sering disebut juga dengan puisi naratif.
  • Himne, yaitu puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air ataupun pahlawan.
  • Ode, yaitu puisi berupa sanjungan kepada orang yang berjasa.
  • Epigram, yaitu puisi yang berisi tentang ajaran hidup atau tuntunan hidup.
  • Romance, yaitu puisi yang berisi tentang luapan perasaan cinta kasih.
  • Elegi, yaitu puisi yang berisi ratapan, tangisan dan kesedihan.
  • Satire, yaitu puisi yang berisi sindiran atau kritikan.
Jenis puis lainnya adalah:
  • Puisi visual, yaitu jenis puisi yang menonjolkan bentuk visual, dan bentuk itu sendiri bisa memiliki makna tertentu.
  • Puisi mantra, yaitu jenis puisi yang mendekati bentuk mantra atau meniru gaya mantra.
  • Puisi diafan, yaitu jenis puisi yang memiliki makna terbuka tanpa adanya lambang atau kiasan.
  • Puisi prismatis, yaitu jenis puisi yang maknanya terbungkus oleh berbagai lambang atau kiasan.
Adapun pengelompokan jenis puisi menurut jumlah baris, yaitu distikon (2 baris), tersina (3 baris), kuatrin (4 baris), kuin (5 baris), sektet (6 baris), septima (7 baris), oktaf (8 baris), sonata (14 baris yang terdiri dari 3 kuatrin + 1 distikon, atau 2 kuatrin + 2 tersina).

Unsur-Unsur Puisi
Secara umum, puisi terdiri dari lima unsur yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna.
  • Kata merupakan unsur utama dari puisi.  Pemilihan kata atau diksi yang tepat akan menentukan kesatuan dari unsur-unsur lainnya.
  • Larik atau baris, bisa berupa satu kata saja, satu frase, dan bisa juga seperti sebuah kalimat.  Jika dalam puisi lama biasanya jumlah baris dibatasi, maka pada puisi baru jumlahnya tidak ada batasan.
  • Bait, yaitu kumpulan larik yang tersusun secara harmonis.
  • Bunyi, dibentuk oleh adanya rima dan irama.  Rima atau persajakan adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh kata-kata atau huruf di dalam lirik dan bait.  Sedangkan irama merupakan panjang pendek, tinggi rendah, dan keras lembutnya ucapan bunyi.
  • Makna merupakan unsur tujuan diksi, pembentukan bait dan larik.  Makna menjadi isi dan pesan dari sebuah puisi.
Struktur Puisi
Secara lebih detail, unsur-unsur puisi terbagi menjadi dua struktur, yaitu:

a. Struktus Fisik Puisi (metode puisi), yang terdiri dari:
  • Perwajahan (tipografi), merupakan bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, pengaturan baris, hingga baris puisi yang tidak selalu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.
  • Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang erat kaitannya dengan makna
  • Imaji, yaitu susunan kata-kata yang menggambarkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.  Imaji terbagi menjadi tiga, yaitu imaji penglihatan, imaji suara, dan imaji raba atau sentuhan.
  • Kata-kata konkret, yaitu kata-kata yang dapat ditangkap oleh indera dan memungkinkan munculnya imaji.
  • Gaya bahasa (bahasa figurafit), yaitu bahasa kiasan yang dapat menimbulkan konotasi tertentu.
  • Rima (persamaan bunyi), ritme, dan metrum.
b. Struktus Batin Puisi (hakikat puisi)
  • Tema atau sense merupakan makna puisi, baik makna dari tiap baris, bait maupun makna secara keseluruhan.
  • Rasa atau feeling merupakan sikap seorang penyair terhadap permasalahan.
  • Nada atau tone merupakan sikap penyair terhadap pembaca.
  • Amanat atau tujuan (intention) merupakan tujuan yang mendasari seorang penyair untuk menciptakan puisi.
Contoh:
Kering kerontang tiada berair
Tanah retak, rumput kering
Ikan menggeliat menjerit mencari hidup
Hanya burung bangkai yang tersenyum
Menyungging harapan ataukah hinaan
Tema puisi di atas adalah penderitaan

Referensi:
Haryani, S.Pd., M.Pd. 2018.  Modul Pendamping Bahasa Indonesia Kelas X semester 2.  Klaten Utara:  Mulia Group.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel