Likuiditas : Pengertian, Komponen, Ukuran Rasio dan Jenis Rasio Likuiditas

Wawasan Pendidikan; Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor yang diberikan kepada perusahaan untuk mendanai operasi yang harus segera dipenuhi. (Baca Juga : Harga Saham : Pengertian dan jenis serta faktor-faktor yang mempengaruhinya)
picture by jurnal.id
Pengertian Likuiditas
Menurut Subramanyam., & John J. Wild. (2011), mendefinisikan “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”.

Menurut Sutrisno (2009:215) mendefinisikan “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan tertanggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.”

Menurut Kasmir (2013) mendefinisikan “Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Sehingga tinggi rendahnya likuiditas perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor yang diberikan kepada perusahaan untuk mendanai operasi yang harus segera dipenuhi.

Komponen-Komponen Likuiditas
Menurut Subramanyam (2011), tentang komponen-komponen likuiditas sebagai berikut:
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh kapan arus kas masuk dan arus kas keluar terjadi serta prospek arus kas untuk kinerja masa depan. Jadi, likuiditas berarti jumlah kas atau setara kas yang dimiliki perusahaan dan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam periode singkat.

Menurut Arfan (2009) Komponen-komponen yang mempengaruhi likuiditas sebagai berikut:
Kas adalah uang tunai yang tersedia, baik di laci, di dompet, tabungan di bank, maupun dalam deposito yang jatuh temponya di bawah satu tahun. Perlu diperhatikan, kas bukan merupakan persediaan barang dagangan, piutang, tanah ataupun bangunan yang kita miliki. Memang hal-hal tersebut bisa dijadikan uang namun biasanya akan membutuhkan waktu, yang kadang kala memakan waktu cukup lama. Sering kali karena kita terdesak oleh kebutuhan uang atau kas yang cukup besar, sementara di sisi lain uang/kas di tangan tidak mencukupi untuk berbagai keperluan seperti untuk membayar gaji karyawan, membayar pemasok barang, membayar utang bank, dan lain sebagainya. Sebagai jalan keluar untuk menutup keperluan pengeluaran yang besar tersebut maka langkah yang dapat di ambil adalah berutang. Namun berhutang akan menjadi maksimal pada satu titik (ada batasnya) dan tidak mungkin mendapatkan utang lagi. Sehingga langkah terakhir yang dapat di ambil adalah harus menjual sebagian aktiva yang kita miliki seperti modal, tanah, bangunan, dan lain-lain. Karena harus segara menjadi uang, maka harga jualnya menjadi rendah bahkan mungkin di bawah harga pasar. Malah dalam banyak kasus seiring terjadi kerugian karena harga jual lebih sedikit dibandingkan dengan harga beli.

Ukuran Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2013) mendefinisikan rasio likuiditas sebagai berikut:
“Rasio likuiditas merupakan analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya”.

Menurut Lukas (2008) mendefinisikan rasio likuiditas sebagai berikut:
“Rasio likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo”.

Menurut Kasmir (2013) tentang rasio likuiditas sebagai berikut:
“Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu”.

Menurut Kasmir (2013) tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas sebagai berikut :
  1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
  2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancer secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.
  3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan atau utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.
  4. Untuk mengukur atau membandingkan anatara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
  5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
  6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
  7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
  8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
  9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2013) jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya sebagai berikut:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)
“Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.
Rumus untuk mencari rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:


Aktiva lancar (current asset) merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.

Utang lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test)
Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lanacar atau acid test rasio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya, nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai persediaan.
Rumus untuk mencari rasio cepat dapat digunakan sebagai berikut:


3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Rumus untuk mencari rasio kas dapat di gunakan sebagai berikut:


4. Rasio Perputaran Kas
Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Rumus yang digunakan untuk mencari rasio ini adalah sebagai berikut:


5. Inventory to Net Working Capital
Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
Rumus yang digunakan untuk mencari Inventory to Net Working Capital sebagai berikut:


Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar”.

Penulis menggunakan rasio lancar (current ratio) karena perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Sehingga perusahaan yang memiliki total aktiva lancar yang tinggi dapat dijadikan jaminan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan menarik calon investor serta investor dalam membuat keputusan investasi atau kebijakan ekonomi sebuah perusahaan.

daftar referensi:
  • K. R. Subramanyam., & John J. Wild. (2011). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 10, Buku 2). Jakarta: Salemba Empat.
  • Sutrisno, Edi. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
  • Kasmir. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta.
  • Arfan. (2009). Akuntansi Keperilakuan Edisi.2. Jakarta: Salemba Empat
  • Atmaja, Lukas Setia. (2008). Teori dan Praktek Manajemen Keuangan. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel