MAKALAH METODE PEMBELAJARAN

Wawasan Pendidikan; Dalam dunia pendidikan, Metode Pembelajaran adalah sesuatu yang wajib diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. terdapat bermacam-macam metode pembelajaran yang telah dikembangkan oleh ahli guna membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. semua metode pembelajaran sangat baik untuk dilaksanakan namun tetap harus menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang di ajar. setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga seorang pendidik harus pintar-pintar dalam memilih metode yang akan di terapkan. 

artikel ini memberikan gambaran secara holistik tentang metode pembelajaran lengkap dengan langkah-langkahnya. semoga dapat menjadi referensi dan masukan untuk pengajar dalam menerapkan metode pembelajaran di kelas. 
picture by spanish.academy

A.    METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran merupakan sebuah cara yang digunakan guru untuk melaksanakan rencana yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau praktis. Metode pembelajaran sudah bersifat praktis untuk  diterapkan.  Cakupan  metode  pembelajaran  lebih  kecil  daripada strategi atau model pembelajaran. Dengan kata lain Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005).

B.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI METODE PEMBELAJARAN
Sebagai suatu cara,metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2002) pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:

1.    Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

2.    Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3.    Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari.Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.

4.    Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah.

5.    Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.

C.    SYARAT-SYARAT METODE PEMBELAJARAN
Menurut Ahmadi dalam (Asih, 2007) syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah:
  1. Metode mengajar harus dapat mermbangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa
  2. Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
  3. Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
  4. Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).
  5. Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
  6. Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yng nyata dn bertujuan.
  7. Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

D.    MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN

Menurut Djamarah (2002) macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Metode proyek
  2. Metode eksperimen
  3. Metode tugas atau resitasi
  4. Metode diskusi
  5. Metode sosiodrama
  6. Metode demonstrasi
  7. Metode problem solving
  8. Metode karya wisata
  9. Metode tanya jawab
  10. Metode latihan
  11. Metode ceramah

E.    PENGELOMPOKAN METODE PEMBELAJARAN

1.    Metode-metode Pembelajaran Kontekstual

a.    Investigasi (Investigation)
Metode investigasi dapat dilaksanakan secara kelompok atau individu. Metode ini dilakukan dengan cara melibatkan peserta didik dalam kegiatan investigasi (penelitian/penyelidikan). Kegiatan peserta didik dimulai dari membuat perencanaan, menentukan topik dan cara melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan topik. Layaknya sebuah penelitian, maka sebelum peserta didik terjun untuk mengadakan investigasi maka diperlukan rancangan: (1) apa saja yang akan diinvestigasi; (2) bagaimana cara melakukan investigasi; (3) alat apa yang digunakan untuk menginvestigasi; (4) bagaimana cara melaporkan hasil investigasi.

Metode  investigasi  melatih  kemampuan  menulis  laporan, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan kerja kelompok. Melalui kegiatan investigasi tersebut, peserta didik dituntut untuk aktif dan kreatif. Supaya kegiatan investigasi berlangsung menyenangkan, maka guru perlu memfasilitasi topik investigasi yang menarik.

Pelaksanaan metode investigasi dapat dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:
  1. guru   membagi   peserta   didik   menjadi   beberapa   kelompok,   setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 peserta didik dengan karakteristik yang heterogen.  Pembagian  kelompok  dapat  berdasarkan  atas  kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.
  2. Kelompok memilih topik yang ingin dipelajari,
  3. Kelompok  menyusun  rencana  investigasi  yang  berisi  waktu,  tempat, strategi investigasi, alat investigasi, dsb
  4. Kelompok melakukan investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih,
  5. Kelompok menulis laporan investigasi
  6. Kelompok  menyiapkan  dan  menyajikan  laporan  investigasi  di  depan kelas.
b.    Inquiry (Penemuan)
Metode inquiry adalah metode yang melibatkan peserta didik dalam proses  pengumpulan  data  dan  pengujian  hipotesis.  Guru  membimbing peserta didik untuk menemukan pengertian baru, praktek keterampilan, dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri. Dalam metode inquiry, peserta didik belajar secara aktif dan kreatif untuk mencari pengetahuan.

Langkah-langkah pembelajaran inquiry yang dilakukan guru yaitu:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Membagi petunjuk inquiry atau petunjuk praktikum
3) Menugaskan peserta didik untuk melaksanakan inqury
4) Memantau pelaksaan inquiry
5) Menyimpulkan hasil inquiry bersama-sama

c.    Discovery learning.
Discovery learning merupakan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah secara intensif di bawah pengawasan guru. Pada discovery, guru membimbing peserta didik untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Discovery learning merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.

Kegiatan  belajar  mengajar dengan  menggunakan  metode  discovery mirip dengan inquiry. Perbedaan terletak pada peran guru. Dalam metode discovery guru dan peserta didik sama-sama aktif. Discovery sering diterapkan percobaan sain di laborartorium yang masih membutuhkan bantuan  guru.  

Langkah-langkah  pembelajaran  discovery  yang  dilakukan guru adalah:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Membagi petunjuk praktikum/eksperimen
3) Peserta didik melaksanakan eksperimen di bawah pengawasan guru
4) Guru menunjukkan gejala yang diamati
5) Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen

d.    Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction)
Pembelajaran   berbasis   masalah   merupakan   pembelajaran   yang penyampaiannya dilakukan dengan cara  menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka  dialog.  Metode  ini  tepat  digunakan  pada  kelas  yang  kreatif, peserta  didik  yang  berpotensi  akademik  tinggi  namun  kurang  cocok diterapkan pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial. Metode ini sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
  1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau masalah untuk dipecahkan.
  2. Guru  menjelaskan  logistik   yang  dibutuhkan,   prosedur   yang  harus dilakukan dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  3. Guru  membantu  peserta  didik  mendefinisikan  dan  mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
  4. Guru  mendorong  peserta  didik  untuk  mengumpulkan  informasi  yang sesuai, bereksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, dan merumuskan hipotesis.
  5. Guru   membantu   peserta   didik   dalam   menyiapkan   laporan   hasil pemecahan masalah yang menjadi tugasnya.
  6. Guru    membantu    peserta   didik    untuk    melakukan    refleksi    atau mengevaluasi proses-proses penyelidikan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
e.    Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode problem solving sangat potensial untuk melatih peserta didik berpikir  kreatif  dalam  menghadapi  berbagai  masalah  baik  itu  masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.  Di  dalam  problem  solving,  peserta  didik  belajar  sendiri untuk mengidentifikasi penyebab masalah dan alternatif untuk memecahkan masalahnya. Tugas guru dalam metode problem solving adalah memberikan kasus atau masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan. Kegiatan peserta didik dalam problem solving dilakukan melalui prosedur: (1) identifikasi penyebab masalah; (2) pengkajian teori untuk mengatasi masalah atau menemukan solusi; (3) pengambilan keputusan dalam mengatasi masalah berdasarkan teori yang telah dikaji.

Langkah-langkah  pembelajaran  problem  solving  dapat  dirancang sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Guru memberikan kasus-kasus yang perlu dicari solusinya
3) Guru menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang benar
4) Peserta didik mencari litaratur yang mendukung untuk menyelesaikan kasus yang diberikan guru
5) Peserta  didik  menetapkan  beberapa  solusi  yang  dapat  diambil  untuk menyelesaikan kasus
6) Peserta didik melaporkan tugas yang diberikan guru.

f.    Mind Mapping
Mind  mapping  merupakan  salah  satu  bentuk  pembelajaran  yang digunakan melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind mapping). Mind map dikembangkan oleh Tony   Buzan   (2002)   sejak   akhir   tahun   1960-an   sebagai   cara   untuk mendorong peserta didik mencatat hanya dengan menggunakan kata kunci dan gambar. Iwan Sugiarto (2004) mengemukakan “pemetaan pikiran (mind mapping) adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya”. Kegiatan ini sebagai upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, yang kemudian dalam  aplikasinya  sangat  membantu  untuk  memahami  masalah  dengan cepat karena telah terpetakan. Hasil mind mapping berupa mind map. Mind map adalah suatu diagram yang digunakan untuk merepresentasikan kata- kata, ide-ide, tugas-tugas, ataupun suatu yang lainnya yang dikaitkan dan disusun mengelilingi kata kunci ide utama.

Langkah-langkah mind mapping:
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa.   Permasalahan   sebaiknya   dipilih   yang   mempunyai   banyak alternatif jawaban
  3. Peserta didik mengidentifikasi alternatif jawaban dalam bentuk peta pikiran atau diagram.
  4. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk menjelaskan ide pemetaan konsep berpikirnya.
  5. Dari data hasil diskusi, peserta didik diminta membuat kesimpulan dan guru memberi peta konsep yang telah disediakan sebagai pembanding
g.    Metode Role Playing
Metode role playing atau bermain peran dilakukan dengan cara mengarahkan peserta didik untuk menirukan aktivitas di luar atau mendramatisasikan situasi, ide, karakter khusus. Guru menyusun dan menfasilitasi permainan peran kemudian ditindaklanjuti dengan diskusi. Selama permainan peran berlangsung, peserta didik lain yang tidak turut bermain diberi tugas mengamati, merangkum pesan tersembunyi dan mengevaluasi permainan peran.

Permainan peran digunakan untuk membantu peserta didik memahami perspektif  dan  perasaan  orang  lain  menurut  variasi  kepribadian  dan  isu sosial.  Role  playing  digunakan  untuk  menjelaskan  sikap  dan  konsep, rencana dan menguji penyelesaian masalah, membantu peserta didik menyiapkan situasi nyata dan memahami situasi sosial secara lebih mendalam. Bermain peran tidak dapat dilakukan secara spontan di kelas dengan persiapan yang terbatas. Bermain peran sangat potensial untuk mengekpresikan perasaan, mengembangkan pemahaman terhadap perasaan dan perspektif orang lain, dan mendemontrasikan kreativitas dan imajinasi dengan memerankan sebagai tokoh hidup.

Langkah-langkah pembelajaran
  1. Guru  menjelaskan  tujuan  pembelajaran  dan  kompetensi  yang  ingin dicapai
  2. Guru memberikan skenario untuk dipelajari
  3. Guru menunjuk beberapa peserta didik untuk memainkan peran sesuai dengan tokoh yang terdapat pada skenario
  4. Peserta didik yang telah ditunjuk bertugas memainkan peran maju dan bermain peran di depan peserta didik lainnya
  5. Peserta didik  yang tidak bermain peran bertugas mengamati kejadian khusus dan mengevaluasi peran masing-masing tokoh
  6. Peserta didik merefleksi kegiatan bersama-sama.
h.    Simulasi
Simulasi merupakan latihan menempatkan peserta didik pada model situasi yang mencerminkan kehidupan nyata. Simulasi menuntut peserta didik untuk memainkan peran, membuat keputusan dan menunjukkan konsekuensi. Simulasi dapat membantu peserta didik untuk memahami faktor-faktor penting dalam kehidupan nyata, apa yang harus dimiliki dan bagaimana   cara   memiliki   agar   bisa   menjalankan   kehidupan   (tugas, pekerjaan) pada lingkungan nyata.

Metode pembelajaran simulasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Sajikan topik, prinsip simulasi dan prosedur umum yang harus diikuti
  2. Susun skenario dan demonstrasikan beberapa poin penting yang harus dilakukan peserta didik dalam mensimulasikan pekerjaan, atau tugas
  3. Atur tokoh yang akan mensimulasikan kegiatan, pekerjaan, atau tugas
  4. Lakukan proses simulasi dan pantau terus menerus, betulkan prosedur, prinsip yang belum mencapai standar kerja.
  5. Refleksikan kegiatan simulasi bersama-sama baik dari peserta didik yang melakukan simulasi, peserta didik yang hanya melihat simulasi dan guru
2.    Metode Pembelajaran Aktif Konvensional

a.    Ceramah (lectures) dan bertanya (questions)
Metode ceramah dan bertanya menjadi dasar dari semua metode pembelajaran lainnya.  Metode ceramah dan bertanya  merupakan strategi dimana   guru   memberi   presentasi   lisan   dan   peserta   didik   dituntut menanggapi atau mencatat penjelasan guru. Supaya lebih hidup,  metode ceramah  dapat  diselingi  dengan  tanya jawab.  Ceramah digunakan  untuk menjelaskan informasi dalam waktu singkat atau untuk mengawali dan menjelaskan tugas belajar. Rosenshine dan Stevens (1986) menjelaskan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penerapan metode ceramah yaitu: (1) tujuan dan inti pelajaran dinyatakan secara jelas; (2) presentasi dilakukan  setahap  demi  setahap;  (3) menggunakan  prosedur khusus  dan kongkrit; (3) mengecek pemahaman siswa.

Questions digunakan apabila guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah. Meskipun metode ini sederhana, tetapi ada beberapa tipe-tipe pertanyaan yang perlu diketahui antara lain: pertanyaan terfokus (focusing question) yaitu pertanyaan yang hanya digunakan untuk mengetahui perhatian atau pemahaman peserta didik pada topik yang dipelajari. Prompting questions yaitu pertanyaan yang menggunakan isyarat (hint) dan petunjuk (clues) sebagai alat peserta didik dalam mengingat jawaban atau membantu peserta didik menjawab pertanyaan dengan menyebutkan huruf atau kata awalnya. Probing   questions   yaitu   pertanyaan   yang   digunakan   untuk   mencari klarifikasi dan mengarahkan peserta didik agar menjawab pertanyaan lebih lengkap lagi.

b.    Resitasi (recitation)
Resitasi digunakan untuk mendiagnosis kemajuan belajar siswa. Resitasi menggunakan pola: guru bertanya, peserta didik merespon dan guru memberi reaksi. Gage dan Berliner (1984) mencatat bahwa secara umum resitasi digunakan dalam review, pengantar materi baru, mengecek jawaban, praktek dan mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran dan ide-idenya.

c.    Praktik dan latihan (practice and drills)
Praktik dilakukan setelah materi dipelajari dan sebaiknya dilakukan di luar jam belajar atau setelah guru melakukan demonstrasi. Drill digunakan ketika peserta didik disuruh mengulang informasi pada topik-topik khusus sampai peserta didik dapat menguasai topik yang diajarkan. Praktik dan latihan melibatkan pengulangan (repetition) untuk membantu peserta didik memiliki pemahaman yang lebih baik dan mudah mengingat kembali informasi yang sudah disampaikan pada saat diperlukan.

3.    Metode Diskusi
Metode diskusi secara umum menunjukkan kegiatan belajar mengajar yang tidak berpusat pada guru dan peran guru dalam pembelajaran tidak eksplisit.  Pencapaian  kompetensi  pada  mata  pelajaran  teori  sering menggunakan metode diskusi supaya peserta didik aktif dan memperoleh pengetahuan berdasarkan hasil temuannya sendiri. Beberapa metode diskusi yang memberi peluang untuk menciptakan suasana aktif dan menyenangkan antara lain.

a.    Panel dan debat
Panel,  simposium,  task  force  dan  debat  melibatkan  sekelompok peserta didik untuk menjadi informan tentang topik khusus, dan peserta didik menyampaikan informasi tersebut secara interaktif dalam diskusi. Masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang unik. Panel dan debat dirancang untuk membantu memahami sejumlah titik pandang yang berhubungan  dengan  topik  atau  isu-isu.  Panel  dilakukan  dalam  setting formal  yang melibatkan empat sampai enam partisipan  (panelis) dengan topik   yang   berbeda-beda   di   depan   pendengar/siswa.   Masing-masing patisipan membuat pernyataan terbuka. Simposium mirip dengan diskusi panel tetapi lebih banyak melibatkan penyajian informasi formal oleh masing-masing anggota panel. Task force serupa dengan panel, tetapi topik yang dibahas telah diteliti sebelum disajikan. Debat merupakan diskusi formal oleh dua tim pembicara yang berbeda pandangan. Panel dan debat diarahkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh kelas melalui sesi tanya jawab untuk melengkapi informasi yang belum dikuasainya.

Metode debat sangat potensial untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi.  Materi  ajar  dipilih  dan  disusun  menjadi  paket  pro  dan kontra. Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok, yang mengambil posisi pro dan kontra. Selanjutnya kelompok pro dan kontra melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Guru mengevaluasi setiap peserta didik tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif peserta didik terlibat dalam prosedur debat. Dalam pembelajaran dengan metode ini peserta didik juga belajar keterampilan sosial seperti peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau moderator. Guru berperan sebagai pemonitor proses belajar.

Langkah-langkah debat:
  1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
  2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
  3. Setelah  selesai  membaca  materi,  guru  menunjuk  salah  satu  anggota kelompok pro untuk berbicara dan saat itu pula ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya.
  4. Sementara  peserta  didik  menyampaikan  gagasannya,  guru  menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
  5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
  6. Guru  mengajak  peserta  didik  membuat  kesimpulan/rangkuman  yang mengacu pada topik yang ingin dicapai berdasarkan data yang tercatat di papan tulis.
b.    Jigsaw
Jigsaw merupakan metode diskusi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam anggota. Materi pelajaran dibagi menjadi beberapa subtopik dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk memahami satu  subtopik.  Anggota  tim  dari  kelompok  lain  yang  telah  mempelajari subtopik yang sama bertemu dalam ”kelompok ahli (expert group) untuk mendiskusikan  subtopik  mereka.  Selanjutnya,  setelah  berdiskusi  dalam kelompok  ahli,  peserta  didik  kembali  ke  kelompok  yang  semula  untuk mengajarkan atau menyampaikan subtopik kepada anggota kelompoknya sendiri. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa, sehingga seluruh peserta didik dapat menguasai seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. 

Langkah-langkah Jigsaw:
  1. Peserta didik dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok/tim
  2. Setiap anggota kelompok diberi tugas mempelajari materi yang berbeda 
  3. Anggota yang telah mempelajari bagian/sub bab bertemu dengan anggota dari kelompok lain yang mempelajari bagian/sub bab yang sama untuk membentuk kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab yang mereka pelajari
  4. Setelah selesai diskusi dengan tim ahli, tiap anggota tim ahli kembali ke kelompok asalnya masing-masing dan menyampaikan hasil diskusinya secara bergantian sampai semua anggota kelompok menguasai semua materi yang didiskusikan.
  5. Guru memberi evaluasi hasil belajar kelompok tersebut
4.    Cooperative learning.
Cooperative  learning  dilakukan  dengan  cara  membagi  peserta  didik dalam beberapa kelompok atau tim. Johnson & Johnson (1994) menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki lima elemen dasar yaitu: (1) positive interdependence – yaitu peserta didik harus mengisi tanggung jawab belajarnya sendiri dan saling membantu dengan anggota lain dalam kelompoknya; (2) face to face interaction yaitu peserta didik  memiliki  kewajiban  untuk  menjelaskan  apa  yang  dipelajari  kepada peserta didik lain yang menjadi anggota kelompoknya; (3) individual accountability yaitu masing-masing peserta didik harus menguasai apa yang menjadi tugas dirinya di dalam kelompok; (4) social skill yaitu masing-masing anggota harus mampu berkomunikasi secara efektif, menjaga rasa hormat dengan sesama anggota dan bekerja bersama untuk menyelesaikan konflik; (5) group processing, kelompok harus dapat menilai dan melihat bagaimana tim mereka telah bekerjasama dan memikirkan bagaimana agar dapat memperbaikinya.

Ada beberapa teknik cooperative learning yang akan dijelaskan disini, empat teknik yang pertama di antarnya dikembangkan oleh Robert Slavin (2009).

a.    Student Teams – Achievement Devisions (STAD)
Student Team-Achievement Devision (STAD) strategi pembelajaran kooperatif yang memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan diskusi. Sebelum pembelajaran dimulai, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok tim dan tempat duduk ditata sedemikian rupa sehingga satu  kelompok  peserta  didik  dapat  duduk  berdekatan.  Kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyajian materi pelajaran oleh guru. Setelah penyajian   materi   selesai,   kelompok/ tim   mendiskusikan   materi   yang diajarkan  guru  untuk  memastikan  bahwa  semua  anggota  kelompok/ tim sudah dapat menguasai materi pelajaran yang diajarkan guru. Apabila ada anggota kelompok yang belum memahami, maka anggota kelompok yang lain berusaha untuk membantunya sampai semua anggota benar-benar menguasai   materi   yang   diajarkan   guru.   Setelah   semua   kelompok menyatakan siap diuji, guru kemudian memberi soal ujian kepada seluruh peserta  didik.  Pada  saat  menjawab  soal,  anggota  kelompok  tidak  boleh saling membantu. Nilai ujian dihitung berdasarkan jumlah nilai semua anggota kelompok.

Langkah-langkah STAD:
  1. Membentuk  kelompok  yang  terdiri  dari  4  orang  peserta  didik  yang memiliki kemampuan beragam.
  2. Guru menyajikan pelajaran, dan peserta didik menyimak
  3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota- anggota kelompok. Anggota  yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu memahami.
  4. Guru memberi soal kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab soal, sesama anggota kelompok tidak boleh saling membantu.
  5. Guru memberi nilai kelompok berdasarkan dari jumlah nilai yang berhasil diperoleh seluruh anggota kelompok.
  6. Guru mengevaluasi kegiatanbelajar mengajar dan menyimpulkan materi pembelajaran
b.    Team-Game-Tournament (TGT)
Metode TGT memiliki tipe yang hampir sama dengan STAD. Metode TGT melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor teman sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Metode TGT memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar lebih rileks disamping menumbuhkan  tanggung  jawab,  kerjasama,  persaingan  sehat  dan keterlibatan belajar.

Langkah-langkah TGT yaitu:
1) Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi di kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah dan tanya jawab.

2) Pembentukan Kelompok (team)
Satu kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik yang anggotanya heterogen. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk belajar  bersama  supaya  semua  anggota  kelompok  dapat  memahami materi pelajaran dan dapat menjawab pertanyaan dengan optimal pada saat game dan turnamen mingguan.

3) Game
Guru menyiapkan pertanyaan (game) untuk menguji pengetahuan yang diperoleh  peserta  didik  dari  penyajian  kelas  dan  belajar  kelompok. Peserta didik memilih nomor game dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor, kemudian skor tersebut dikumpulkan untuk turnamen mingguan.

4) Turnamen
Turnamen dilakukan seminggu sekali atau setiap satu satuan materi pelajaran telah selesai dilaksanakan. Peserta didik melakukan permainan (game) akademik yaitu dengan cara berkompetisi dengan anggota tim yang memiliki kesamaan tugas/materi yang dipelajari. Guru menyiapkan beberapa meja turnamen. Setiap meja diisi oleh tiga peserta didik yang memiliki kemampuan setara dari kelompok yang berbeda (peserta didik yang pandai berkompetisi dengan peserta didik pandai dari kelompok lainnya, demikian pula peserta didik yang kurang pandai juga berkompetisi dengan peserta didik yang kurang pandai dari kelompok lain).  Dengan  cara  demikian,  setiap  peserta  didik  memiliki  peluang sukses sesuai dengan tingkat kemampuannya. Akuntabilitas individu dijaga selama kompetisi supaya sesama anggota tim tidak saling membantu.

5) Team recognize
Tim yang menunjukkan kinerja paling baik akan mendapat penghargaan atau sertifikat. Seperti layaknya lomba, tim yang paling banyak mengumpulkan   poin/skor   akan   mendapat   predikat   juara   umum, kemudian  juara  berikutnya  berurutan  sesuai  dengan  jumlah  poin/skor yang berhasil diraihnya.

c.    Team Accelerated Instruction (TAI)
TAI merupakan kombinasi antara pembelajaran individual dan kelompok. Peserta didik belajar dalam tim  yang heterogen sama seperti metode belajar tim yang lain tetapi peserta didik juga mempelajari materi akademik sendiri. Masing-masing anggota tim saling mengecek pekerjaan temamnya. Skor tim berbasis pada skor rerata jumlah unit yang dapat diselesaikan per minggu oleh anggota tim dan keakuratan unit tugas yang telah   diselesaikan.   Tim   yang   telah   menyelesaikan   satu   tugas   dapat mengambil tugas berikutnya. Waktu yang diperlukan untuk belajar dan menyelesaikan tugas antara tim yang satu dengan tim lainnya tidak sama. Tim dapat memperoleh skor tinggi apabila dapat menyelesaikan materi yang lebih cepat dan lebih berkualitas dari tim lainnya. Metode ini sebaiknya dilengkapi dengan teknik   pemberian reward dan punishment supaya motivasi belajar perserta didik terjaga dengan baik.

Langkah-langkah TAI
  1. Guru menyusun materi semester dalam tugas-tugas mingguan
  2. Guru memberikan pengarahan pada awal semester tentang hasil belajar yang dapat dicapai melalui tugas mingguan
  3. Tim mengambil tugas mingguan, tim yang sudah dapat menyelesaikan tugas dapat mengambil tugas berikutnya
  4. Tim  mengumpulkan  tugas  paling  cepat,  banyak  dan  berkualitas  akan mendapat skor yang tinggi dan mengakhiri kegiatan belajar waktu untuk belajar masih tersisa.
d.    Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan metode yang komprehenship untuk pembelajaran membaca dan menulis paper. Metode ini mengatur supaya peserta didik belajar atau bekerja dengan cara berpasangan. Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok dan diberi tugas membaca secara terpisah, kemudian masing-masing anggota kelompok mengikhtisarkan bagian- bagian materi yang dibaca. Ketika satu kelompok sedang menyajikan paper hasil membacanya, maka kelompok lain bertugas sebagai pendengar. Kelompok pendengar bertugas untuk menyimak, membuat prediksi akhir cerita, menanggapi cerita, dan melengkapi bagian yang masih kurang, dsb.

Langkah-langkah (CIRC):
  1. Guru   membagi   peserta   didik   menjadi   dua   kelompok   untuk berpasangan
  2. Guru membagikan wacana/materi kepada tiap kelompok untuk dibaca dan membuat ringkasan
  3. Guru menetapkan kelompok yang berperan sebagai penyaji dan kelompok yang berperan sebagai pendengar
  4. Kelompok    penyaji    membacakan    ringkasan    bacaan    selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan. Sementara itu, kelompok pendengar: (a) menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
  5. Kelompok  bertukar  peran  yaitu  kelompok  yang  semula  sebagai penyaji menjadi pendengar dan kelompok pendengar menjadi penyaji.
  6. Menyimpulkan hasil diskusi bersama-sama
e.    Learning Together
Learning together merupakan metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan peserta didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu organisasi (Johnson and Johnson, 1994). Masing- masing tim diberi tugas atau projek untuk diselesaikan bersama. Masing- masing anggota tim mengambil bagian bagian projek yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Tujuan yang diharapkan dari pembelajaran ini adalah peserta didik diberi kesempatan maksimal untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam sebuah projek. Masing-masing tim bertanggung jawab untuk mengumpulkan materi dan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau proyeknya. Penilaian akhir berdasarkan atas kualitas kinerja tim. Masing-masing peserta didik dalam tim memperoleh nilai yang sama. Tim harus berusaha supaya anggota tim memiliki konstribusi pada kesuksesan timnya.

Langkah-langkah pembelajaran:
  1. Guru memberi projek untuk dikerjakan bersama oleh tiap-tiap kelompok
  2. Kelompok   membagi   tugas   kepada   semua   anggota   sesuai   dengan kemampuan yang dimiliki
  3. Masing-masing      anggota      kelompok      bekerja      sesuai      dengan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan bersama sehingga apabila ada anggota yang kesulitan, maka anggota lain wajib membantu.
  4. Nilai diperoleh berdasarkan hasil kerja kelompok
f.    Numbered Heads Together
Numbered Heads Together merupakan metode pembelajaran diskusi kelompok  yang  dilakukan  dengan  cara  memberi  nomor  kepada  semua peserta didik dan kuis/tugas untuk didiskusikan jawaban atau pemecahan yang benar di dalam kelompoknya. Kelompok memastikan setiap anggota kelompok  dapat  mengerjakannya.  Guru  memanggil  nomor  secara  acak untuk melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Peserta didik dari kelompok lain memberi tanggapan kepada peserta didik yang sedang melaporkan.   Setelah   satu   peserta   didik   selesai   melapor   kemudian dilanjutkan dengan nomor peserta didik dari kelompok yang lain.

Langkah-langkah :
  1. Peserta   didik   dibagi   menjadi   beberapa   kelompok,   setiap   anggota kelompok mendapat nomor
  2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
  3. Kelompok  mendiskusikan  jawaban  yang  benar  dan  memastikan  tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
  4. Guru  memanggil  salah  satu  nomor  peserta  didik  secara  acak  untuk melaporkan hasil kerjasama mereka
  5. Peserta didik lain memberi tanggapan kepada peserta didik yang sedang melapor
  6. Guru menunjuk nomor yang lain secara bergantian
g.    Make - A Match (Mencari Pasangan)
Metode pembelajaran make a match merupakan metode pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan misalnya pasangan soal dan jawaban. Guru membuat dua kotak undian, kotak pertama berisi soal dan kotak kedua berisi jawaban. Peserta didik yang mendapat soal mencari peserta didik yang mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Metode ini dapat digunakan untuk membangkitkan aktivitas peserta didik belajar dan cocok digunakan dalam bentuk permainan.

Langkah-langkah Make - a Match:
  1. Guru menyiapkan dua kotak kartu, satu kotak kartu soal dan satu kotak kartu jawaban
  2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu
  3. Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
  4. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal maupun jawaban)
  5. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang ditetapkan diberi poin
  6. Setelah satu babak, kotak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
h.    Think Pair And Share
Metode think pair and share merupakan metode pembelajaran yang dilakukan  dengan  cara  sharing  pendapat  antar  siswa.  Metode  ini  dapat digunakan sebagai umpan balik materi yang diajarkan guru. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi pelajaran seperti biasa. Guru kemudian menyuruh dua orang peserta didik untuk duduk berpasangan dan saling  berdiskusi  membahas  materi  yang  disampaikan  guru.  Pasangan peserta didik saling mengoreksi kesalahan masing-masing dan dan menjelaskan hasil diskusinya di kelas. Guru menambah materi yang belum dikuasai peserta didik berdasarkan penyajian hasil diskusi.

Langkah-langkah Think Pair And Share:
  1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Peserta didikdiminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
  3. Peserta didikdiminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
  4. Guru memimpin pleno diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
  5. Berawal dari kegiatan tersebut, pembicaraan diarahkan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan siswa
i.    Peer tutoring
Istilah  peer  tutoring  mengandung  makna  yang  sama  dengan  tutor teman sejawat atau peer teaching. Silberman (2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa peer-teaching merupakan salah satu pendekatan mengajar  yang  menuntut  seorang  peserta  didik  mampu  mengajar  pada peserta  didik  lainnya.  Dengan  pendekatan  peer-teaching  siswa  dituntut untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya atau mengerjakan tugas- tugas  kelompok  yang  diberikan  oleh  guru,  baik  tugas  itu  dikerjakan  di rumah maupun di sekolah.

Boud, Cohen and Sampson's (2001) menjelaskan bahwa apabila peer teaching menjadi bagian dari proses pembelajaran di sekolah, peserta didik yang menjadi guru dapat menunjukkan berbagai macam peran seperti:  pure teacher, mediator, work partner, coach, atau role model. Peserta didik yang berperan sebagai guru dapat menunjukkan hanya satu peran atau beberapa peran sekaligus tergantung pada tanggungjawab yang diberikan oleh guru. Peserta didik yang berperan sebagai guru (pure teacher) dapat dilibatkan dalam penyusunan dan penyampaian informasi dan keterampilan, memberi umpan balik dan evaluasi kepada peserta didik lain yang menjadi bimbingannya. Apabila peserta didik yang berperan sebagai guru kurang memiliki  otonomi  atau  kekuasaan  di  kelompoknya,  guru  sejawat  (peer tutor) tersebut  dinamakan  mediator.  Peer  tutor  berperan  sebagai  asisten guru apabila selain mengajar temannya sendiri, dia juga mendapat tugas admninistrasi seperti mengecek apakah tugas sudah lengkap, tugas apa saja yang masih kurang, menyiapkan jobsheet, menyiapkan blangko nilai, dll. Peer tutor dapat berperan sebagai patner kerja (work partner), apabila dilibatkan dalam pekerjaan proyek guru dan diberi wewenang untuk mengontrol dan memberi bantuan kepada peserta didik lain supaya hasil kerja memenuhi standar kerja yang tetapkan pada proyeknya. Peer tutor dapat  berperan  sebagai  coaches,  apabila  dia  bekerja  secara  kooperatif dengan cara memberi dorongan kepada peserta didik lain untuk mengumpulkan tugas, memberi umpan balik secara informal, menulis tugas yang harus dikerjakan, dll. Peer tutor dapat berperan sebagai model, apabila dalam proses pembelajaran dia disuruh mendemontrasikan keterampilan- keterampilan yang dimilikinya di hadapan peserta didik yang lain, atau sebagai  contoh  dalam  mengerjakan  atau  menjawab  soal  ujian,  misalnya ujian praktik.

Peer teaching merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis (2001), peer teaching is a learner-centered activity because members of educational communities plan and facilitate learning opportunities for each other.  There is  the expectation  of  reciprocity,  e.g.,  peers  will  plan  and facilitate courses  of  study and  be able to  learn  from  the planning  and facilitation of other members of the community. Artinya, peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik sebab anggota komunitas  merencanakan  dan  memfasilitasi  kesempatan  belajar  untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar  dan  dapat  belajar  dari  perencanaan  dan  fasilitas  dari  anggta kelompok lainnya.

Pembelajaran peer tutoring dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
  1. Guru menyusun kelompok belajar, setiap kelompok beranggota 3-4 orang yang memiliki kemampuan beragam. Setiap kelompok minimal memiliki satu orang peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjadi tutor teman sejawat.
  2. Guru  menjelaskan  tentang  cara  penyelesaian  tugas  melalui  belajar kelompok dengan metode peer teaching, wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, dan memberi penjelasan tentang mekanisme penilaian tugas melalui peer assessment dan self assessment.
  3. Guru  menjelaskan  materi  kuliah  kepada  semua  peserta  didik  dan memberi peluang tanya jawab apabila terdapat materi yang belum jelas.
  4. Guru memberi tugas dengan catatan peserta didik yang kesulitan dalam mengerjakan  tugas  dapat  meminta  bimbingan  kepada  teman   yang ditunjuk sebagai tutor/guru.
  5. Guru mengamati aktivitas belajar dan memberi penilaian kompetensi.
  6. Guru,  tutor  dan  peserta  didik  memberikan  evaluasi  proses  belajar mengajar untuk menetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya

DAFTAR PUSTAKA

Boud, D., Cohen, R., and Sampson, J. (2001) Peer learning in higher education: Learning from and with each other. London: Kogan Press

Djamarah,Syaiful Bahri.2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.

Iva Sulistyani. (2009). Penerapan model pembelajaran matematika dengan pendekatan peer-teaching ditinjau dari minat belajar siswa di SMP Negeri 2 Trucuk. Skripsi. Solo: UMS

Iwan Sugiarto. (2004). Mengoptimalkan daya kerja otak dengan berpikir holistic & kreatif. Jakarta: Gramedia Utama.

Jarvis, P. (2001). Learning in later life: An introduction for educators and carers. London: Kogan Page.

Johnson, D. W. & Johnson, R. T. (1994). Learning together and alone, Cooperative, Competitive, and individualistic learning (4th ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.

Asih, Eni. 2007. Pengaruh Motivasi, Metode Pembelajaran, Lingkungan Sekolah,dan  Lingkungan  Keluarga  Terhadap  Prestasi  Belajar  Akuntansi  SiswaKelas X SMK Bina Negara Gubug Kabupaten Grobogan. Skripsi Unnes.

Rosenshine dan Stevens.1986. “Makalah Ringkas Menyajikan Beberapa Gagasan Tentang Berbagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru”.

Gage, N.L. & Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company.
Slavin, robert E. (2009). Cooperative Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung: Nusa Media

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel