Pengertian, Persiapan, Langkah-Langkah dan Kelebihan serta Kekurangan Pembelajaran Koperatif Tipe STAD

Wawasan Pendidikan; berbagai Model Pembelajaran telah dijelaskan sebelumnya, Kali ini sobat pendidikan akan melanjutkan pembahasannya mengenai salah satu model pembelajaran yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD . Model Pembelajaran ini akan dijelaskan secara rinci mulai dari Pengertian, Persiapan, Langkah-Langkah dan Kelebihan serta Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 
Pengertian, Persiapan, Langkah-Langkah dan Kelebihan serta Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 

Menurut Robert E. Slavin, “The main idea behind Students Team – Achievment Divisions is to motivate students to encourage and help each other master skills presented by the teacher ”. “Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru”.  (Baca Juga : Pengertian dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Koperatif Tipe Group Investigation)

Students Team – Achievment Divisions (STAD) dikembangkan oleh Robert E. Slavin dari Johns Hopkins University Berinduk pada kajian beberapa metode yang ia namakan Students Team Learning (STL) tahun 1980-an. STAD tersusun dari lima komponen utama: 1) presentasi kelas (class presentation), 2) belajar dalam grup (teams), 3) pengerjaan kuis (quizzes), 4) perhitungan peningkatan skore individu (individual improvement scores), 5) penghargaan tim (team recognition).

Penjelasan dari kelima komponen STAD tersebut, sebagai berikut.
1) Presentasi kelas (class presentation)
Bentuk presentasi kelas dapat berupa pengajaran langsung (dirrect instruction), kelas diskusi (a lecture-discussion) yang dikondisikan langsung oleh guru dan juga presentasi audio-visual. Presentai kelas di STAD berbeda dari pengajaran biasanya. Peserta didik harus memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas,
sebab akan membantu mereka untuk menjawab kuis dengan baik nantinya, dan skor kuisnya akan menentukan skor timnya. 

2) Grup atau tim (teams)
Grup adalah hal yang amat penting dalam STAD. Dalam banyak hal, penekanan diberikan pada setiap anggota grup (team members) untuk melakukan sesuatu yang terbaik buat grupnya. Sebaliknya, pentingnya peranan sebuah grup adalah melakukan hal yang terbaik dalam membantu meningkatkan kemampuan setiap anggotanya. Grup memberikan bantuan dari teman sebaya (peer support) untuk meningkatkan pemahaman atau kemampuan akademik (academic performance). 

3) Kuis (quizzes)
Setelah satu atau dua periode pengajaran (teacher presentation) dan satu atau dua periode grup melakukan praktek (atau diskusi memecahkan permasalahan), murid mengambil kuis pribadi (individual quizzes). Peserta didik “tidak diijinkan” untuk saling membantu selama mengerjakan kuis pribadi ini, hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar setiap peserta didik memiliki tanggung jawab untuk benar-benar memahami materi pelajaran. 

4) Peningkatan skore individual (individual improvement scores)
Gagasan yang berada dibalik ide tentang “peningkatan skor individual” adalah memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mencapai tingkat kemampuan (performance goal) yang lebih tinggi dari yang telah dicapai sebelumnya. Beberapa peserta didik dapat menyumbangkan point maksimum (maximum point) pada grupnya dalam sistem penskoran STAD apabila mereka menunjukkan peningkatan yang berarti dibanding kemampuannya yang lalu. Setiap peserta didik diberikan “skor dasar” (base score) berdasarkan rata-rata skor kuis sebelumnya. Points yang bisa disumbangkan untuk grupnya didasarkan pada berapa besar sekor kuisnya melampaui atau berada di bawah “skor dasar”-nya.  

5) Penghargaan grup (team recognition)
Grup akan menerima penghargaan jika rata-rata skor mereka memenuhi atau melampaui kriteria tertentu.   

B. Persiapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Hal-hal yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, menurut Amin Suyitno sebagai berikut.
  1. Menyusun data nilai harian peserta didik yang digunakan sebagai pedoman untuk membentuk kelompok peserta didik yang heterogen dengan menghitung skor rata-rata suatu kelompok; 
  2. Guru membentuk kelompok peserta didik yang heterogen terdiri 4 sampai 5 peserta didik dengan latar belakang yang berbeda tanpa membedakan kecerdasan, suku, bangsa maupun agama; 
  3. Guru mempersiapkan LKS untuk belajar peserta didik dan bukan sekedar diisi dan dikumpulkan; 
  4. Guru juga menyiapkan kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan peserta didik (dicek oleh peserta didik sendiri); 
  5. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh peserta didik dengan waktu 10-15 menit; dan 
  6. Membuat tes/ulangan untuk melihat ketercapaian hasi belajar yang diharapkan; 

C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut.
  1. Guru meminta peserta didik untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing; 
  2. Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka; 
  3. Guru dapat mengawali dengan presentasi materi terlebih dahulu, sebelum peserta didik berdiskusi;  
  4. Guru membagi LKS pada tiap kelompok, masing-masing kelompok diberi 2 set; 
  5. Guru menganjurkan setiap peserta didik dalam kelompok untuk mengerjakan LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya di antara teman dalam pasangan tersebut; 
  6. Berikan kunci LKS agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri; 
  7. Bila ada pertanyaan dari peserta didik, guru meminta peserta didik untuk pertanyaan itu kepada teman satu kelompok sebelum mengajukan kepada guru;  
  8. Guru berkeliling untuk mengawali kinerja kelompok; 
  9. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan dan hambatan kelompoknya kepada guru dalam mengisi LKS, sehingga guru dapat memberi bantuan kepada kelompok yang membutuhkan secara proporsional; 
  10. Ketua kelompok harus dapat memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah memahami dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru;  
  11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan; 
  12. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh peserta didik; 
  13. Berikan penghargaan kepada peserta didik yang menjawab dengan benar, dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi, kemudian berilah pengakuan/pujian kepada presentasi tim; 
  14. Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para peserta didik tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari; 
  15. Guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan para peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing; dan  
  16. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK (kompetensi yang ditentukan). 

D. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Keuntungan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Linda Lundgren dan Nur  dalam Ibrahim adalah sebagai berikut. 
  1. Meningkatkan kerja sama, kebaikan budi, kepekaan dan toleransi yang tinggi antar sesama anggota kelompok; 
  2. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; 
  3. Meningkatkan harga diri dan dapat memperbaiki sikap ilmiah terhadap matematika; 
  4. Memperbaiki kehadiran peserta didik;  
  5. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar;                                        
  6. Konflik pribadi menjadi berkurang;
  7. Meningkatkan pemahaman pada materi pelajaran;
  8. Apabila mendapat penghargaan, motivasi belajar peserta didik akan menjadi lebih besar; dan 
  9. Hasil belajar lebih tinggi. 

E. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Ibrahim, kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.
  1. Apabila tidak ada kerja sama dalam satu kelompok dan belum bisa menyesuaikan diri dengan anggota kelompok yang lain maka tugas tidak bisa selesai pada waktu yang sudah ditentukan; 
  2. Apabila salah satu anggota berperilaku menyimpang akan mempengaruhi dan mengganggu anggota kelompok lainnya; 
  3. Bila situasi kelas gaduh waktu pelaksanaan diskusi maka akan mengganggu kelas lain; 
  4. Ketidakhadiran salah satu anggota dalam kelompok akan mempengaruhi kinerja dalam kelompok tersebut; 
  5. Apabila peserta didik tidak menggunakan waktu dalam diskusi dengan baik maka kelompok tersebut tidak bisa menyelesaikan tugas tepat pada waktunya; 
  6. Peserta didik yang mencapai kinerja yang tinggi keberatan bila skor disamakan dengan peserta didik yang kinerjanya rendah karena menggunakan sistem skor perbaikan individual; 
  7. Beban kerja guru menjadi lebih banyak; 
  8. Jika aktivitas peserta didik dalam kelompok monoton maka motivasi belajar peserta didik akan turun; 
  9. Apabila pemahaman materi dalam diskusi belum sempurna maka hasil belajar akan menurun.
Sumber:
  • Robert E. Slavin. (2002). Cooperative Learning, (Teori, Riset and Praktek). New York:Practice Hall
  • E. Slavin, Robert. (2008). Cooperative Learning (Teori, Riset Dan Praktek), terj. Nurulita. Bandung: Nusa Media
  • Suyitno, Amin, at. al.(2001). Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I, Semarang: FMIPA UNNES
  • Ibrahim, et. al.(2000) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel