Mengajar Sebagai ilmu Pengetahuan

Mengajar Sebagai ilmu Pengetahuan 

Wawasan Pendidikan,- teman - teman sobat pendidikan, mungkin tidak asing lagi di telingah kita istilah tentang Mengajar. namun, masih banyak sobat pendidikan yang belum mengerti tentang mengajar itu sendiri. kali ini sobat pendidikan akan berbagi artikel tentang Mengajar Sebagai ilmu Pengetahuan. untuk lebih jelas, silahkan baca artikel dibawah ini.
Mengajar Sebagai ilmu Pengetahuan
Mengajar Sebagai ilmu Pengetahuan 
Mengajar Sebagai ilmu Pengetahuan 
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya  pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74) mengatakan “guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji  apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya  dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa orientasi  pengajaran  dalam  konteks  belajar  mengajar  diarahkan untuk  pengembangan  aktivitas  siswa  dalam  belajar.

Gambaran  aktivitas  itu  tercermin  dari  adanya  usaha  yang  dilakukan  guru dalam kegiatan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar. Oleh karena itu mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut jawaban verbal melainkan suatu upaya integratif ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga bertindak sebagai director and facilitator of learning.

Nasution (1982:8) mengemukakan kegiatan mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian proses dan keberhasilan belajar siswa    turut ditentukan oleh peran yang dibawakan guru selama interaksi proses belajar mengajar berlangsung. Usman (1994:3) mengemukakan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar.

Burton (dalam Usman, 1994:3) menegaskan “teaching is the guidance of learning activities”.  Hamalik (2001:44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai (1) menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Tardif (dalam Adrian, 2004) mendefinisikan, mengajar adalah any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.

Biggs (dalam Adrian, 2004) seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu (1) Pengertian Kuantitatif.  Mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.  (2) Pengertian institusional.  Mengajar berarti  the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya. (3) Pengertian kualitatif.  Mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri. Burton (dalam Sagala, 2003:61) mengemukakan mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Apakah pendidikan atau pengajaran dalam arti sempit adalah suatu ilmu pengetahuan ?. untuk dapat menjawab pertanyaan ini diperlukan pengetahuan tentang syarat suatu ilmu pengetahuan. Namun peril lebih dulu diketahui apakah ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam bahasa Inggris, Ilmu pengetahuan dsebut science yang berate mengetahui atau belajar.

Objek ilmu pendidikan adalah perbuatan mendidik. Dalam mengajar tentunya perbuatan mengajar adalah suatu kegiatan yang berlangsung  dalam pergaulan antara pendidik (guru ) dengan peserta didik (siswa). Sifat kritis mengemikakan pertanyaan-pertanyaan atau mempermasalahkan  suatu objek.

Apakah mengajar itu suatu ilmu pengetahuan (science) atau seni (art) adalah masalah yang ramai di persoalkan dan menimbulkan bermacam-macam pendapat dikalangan ahli-ahl yang berkompeten. Willian James (1958) misalnya dalam bukunya Talks to Teachers antara lain mengemukakan Psychologi s a science and teaching is an art yang artinya psikologi adalah ilmu  pengetahuan dan mengajar adalah seni. James juga setuju kalau dalam mengajar, metode mengajar menggunakan hokum-hukum psikologi.

Gilbert Highet (1955) dalam bukunya The art of Teaching secara tegas mengatakan Belive that teaching is an art , not: I science bahwa mengajar itu adalah seni dan bukan ilmu pengetahuan . Highet menganggap sangat berbahaya kalau menggunakan tujuan- tujuan dan metode- metode ilmiah untuk manusian sebagai individu, sekalipun prinsip-prinsip statistic dapat dgunakan untuk menjelaskan perilaku manusia dalam kelompok besar dan diagnosis ilmiah mengenai struktur fisik manusia selalu dapat bernilai. Menurut Highet, mengajar itu bukan ilmu pengetahuan , karena mengajar mencakup paksaan yang tak dapat disampaikan atau dikerjakan secara sistematis. Pengajaran Ilmiah ( Scentific teaching) sekalipun dari bahan pengajaran ilmiah, tak akan memadai selama guru dan murid itu dalam kedudukan sebagai manusia. Mengajar lebih banyak persamaannya dengan melukis suatu gambar atau menggubah suatu bahan dan  prosedur kurikulum yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku sesuai dengan tujuan yang diinginkan, seharusnya dipegang sebagai hipotesis yang harus dites terus menerus, dengan meneliti sejauh mana perilaku yang diperkirakan itu itu betul-betul tampak terjadi. Pandangan inilah yang ditunjukkan oleh Coladarsi sebagai teaching beharvior defined as testing of testing of hypotesis beharviour.

semoga artikel tentang Mengajar Sebagai ilmu Pengetahuan dapat bermanfaat, ditunggu kunjungan teman-teman di artikel selanjutnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel