Remaja : Pengertian, Ciri-Ciri, dan Faktor Dominan Serta Emosi Remaja

Wawasan Pendidikan; masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Di satu sisi, ia ditarik masuk ke dalam tantangan untuk mematangkan kedewasaannya; Di sisi lain, ia masih belum bisa sepenuhnya lepas dari daya tarik masa kanak-kanak. Oleh karenanya juga, secara sosial budaya, ia ditarik-tarik oleh kewajibankewajiban ala orang dewasa yang (seringkali) belum sepenunnya dipahami; dan sekaligus juga ditarik oleh rangsangan untuk mengeksplorasi diri di tengah kenyataan sosial yang dihadapinya. Oleh Karena Itu, Sobat pendidikan akan membahas tuntas tentang Remaja mulai dari Pengertian, Ciri-Ciri, dan Faktor Dominan Serta Emosi Remaja. Semoga bermanfaat.

A. Pengertian Remaja
Zakiah Darajat memberi pengertian remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Darajat, 1993: 69). Menurut Gunarso (1978: 6) remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan menurut Andi Mappiare, remaja adalah mereka yang berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria (Mappiare, 1982).

Remaja :Pengertian, Ciri-Ciri, dan Faktor Dominan Serta Emosi Remaja

Masa remaja mulai dari kira-kira umur 12 tahun bagi anak-anak gadis dan umur 14 tahun bagi laki-laki dan biasanya berlangsung selama 6 sampai 9 tahun. Saat mulainya berbeda-beda, karena bersamaan dengan waktu kemasakan seksual yang datangnya lebih cepat pada anak gadis. Di antara tiap jenis terdapat pula perbedaan individuil, karena ada anak-anak yang mencapai kemasakan tersebut pada umur 10 tahun dan yang sangat tertlambat pun ada. Untuk menentukan berakhirnya masa remaja pun lebih sukar, karena pegangan yang nyata seperti perkembangan fisik tak ada. Biasanya mereka dianggap bukan remaja lagi kalau mereka telah cukup bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya dan kalau mereka telah menemukan cara-cara yang baik untuk mengatasi kecemasan-kecemasan terhadap diri mereka. Pada umumnya hal itu telah terjadi pada umur 18 sampai 21 tahun (Alisjahbana, et.al.,). 

B. Ciri-ciri Remaja
Seseorang anak dikatakan remaja apabila telah mengalami haid pertama bagi wanita dan bagi laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Menurut ahli, rentang usia remaja diantranya:

a. Menurut Aristoteles sebagaimana dikutip oleh Suryabrata (1984) meninjau perkembangan anak bukan hanya fase mulai remaja saja, akan tetapi sejak ia lahir hingga masa remaja, ia membagi menjadi tiga
fase:
1. Fase pertama dari 0-7,0 masa anak kecil.
2. Fase kedua dari 7,0-14,0 masa belajar sekolah
3. Fase ketiga dari 14,0-21,0, masa remaja atau pubertas(peralihan masa anak menjadi masa remaja).

b. Menurut Kartono (1989), membagi masa remaja atau pubertas ke dalam empat fase yaitu:
 1. Masa awal pubertas, disebut pula sebagai masa purel pra pubertas.
 2. Masa menentang kedua, fase negatif, transaletter kedua, pereode verneinung.
 3. Fase adolesensi, mulai usia kurang lebih 17 tahun sampai 19-20 tahun.

Berkaitan dengan rentang usia remaja di atas, Singgih D. Gunarso memberikan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut: 
a. Mengalami kegelisahan dalam hidupnya
b. Adanya pertentangan dengan orang dewasa
c. Keinginan untuk mencoba hal yang belum diketahuinya
d. Keinginan mencoba fungsi organ tubuhnya
e. Suka mengkhayal dan berfantasi tentang pretasi dan karier (Gunarso dan Gunarso, 1989)
f. Mulai muncul sifat-sifat khas anak laki-laki dan anak perempuan.

Sifat-sifat khas pada anak laki-laki:
- Sifat aktif berbuat
- Penampilan tingkah lakunya lebih hebat dan meledak
- Rasa bimbang dan takut mulai hilang sedikit demi sedikit dan mulai timbul keberanian berbuat.
- Menentukan hak-hak untuk menentukan nasib sendiri dan ikut menentukan segala keputusan.
- Ingin memperlihatkan tingkah laku kepahlawanan.
- Minatnya lebih terarah kepada hal-hal yang abstrak dan intelektual

Sifat-sifat khas pada anak perempuan:
- Sifat pasif menerima
- Prilakunya tampak lebih terkendali oleh tradisi dan peraturan keluarga
- Rasa bimbang dan takut mulai hilang sedikit demi sedikit dan timbul keberanian untuk berbuat
- Anak berusaha keras untuk lebih disayang oleh siapapun juga.
- Lebih menampakkan kemauan dan rasa kekaguman terhadap sifat-sifat kepahlawanan (Kartono, 1989).

C. Batasan - Batasan Umur Remaja
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
  • Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
  • Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
  • Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya 
  • Memperhatikan penampilan
  • Sikapnya tidak menentu/plin-plan
  • Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
  • Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya 
  • Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2 Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
1) perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
2) mulai menyadari akan realitas
3) sikapnya mulai jelas tentang hidup
4) mulai nampak bakat dan minatnya 

D. Faktor-faktor Dominan Pada Diri Remaja 
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:

a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya. (Mu'tadin, 2002)

b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orang tua sehingga remaja justru lebih percaya pada temantemannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar. (Mu'tadin, 2002)

c. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut

d. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri 
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan
kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun). (Mu'tadin, 2002)

e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya. (Mu'tadin, 2002)

Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
1) Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
2) Emosinya tidak stabil
3) Perkembangan Seksual sangat menonjol
4) Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
5) Terikat erat dengan kelompoknya  menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut. (Mu'tadin, 2002)

E. Memahami Emosi Remaja
Para peneliti terus berdebat tentang emosi mana benar-benar yang dapat dianggap sebagai emosi primer—biru, merah, dan kuningnya setiap campuran perasaan—atau bahkan mempertanyakan apakah memang ada emosi primer semacam itu. Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar, meskipun tidak semua sepakat tentang golongan itu. Calon-calon utama dan beberapa anggota golongan tersebut adalah :
  1. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.  
  2. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melakolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
  3. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik.
  4. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.
  5. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bukti, hormat, kasmaran, kasih.
  6. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
  7. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
  8. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. 
Sumber:
  • Daradjat, Zakiyah, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1976. 
  • Alisjahbana, Anna, et.al., Menuju Kesejahteraan Jiwa, Jakarta: PT. Gramedia, 1983. 
  • Kartono, Kartini dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: Mandar Maju, 1989. 
  • Mu'tadin, Zainun, Merespon Emosi, Jakarta: http//www.e-psikologi.com, 2002. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel